Our social:

Latest Post

SILSILAH SULTAN BANTEN

KETERANGAN SILSILAH SULTAN BANTEN DAN PUTRANYA



I. SYARIF HIDAYATULLAH – SUNAN GUNUNG JATI

ANAK-ANAKNYA ADALAH:
1. Ratu Pembayun.
2. Pangeran Pasarean
3. Pangeran Jayalalana
4. Maulana Hasanuddin
5. Pangeran Bratakelana
6. Ratu Winaon
7. Pangeran Turusmi


II. MAULANA HASANUDDIN – PANEMBAHAN SUROSOAN (1552-1570)

ANAK-ANAKNYA ADALAH:
1. Ratu Pembayun Fatimah
2. Maulana Yusuf
3. Pangeran Arya Japara
4. Pangeran Suniararas
5. Pangeran Pajajaran

6. Pangeran Pringgalaya
7. Pangeran Sabrang Lor
8. Ratu Keben
9. Ratu Terpenter
10. Ratu Biru
11. Ratu Ayu Arsanengah
12. Pangeran Pajajaran Wado
13. Tumenggung Wilatikta
14. Ratu Ayu Kamudarage
15. Pangeran Sabrang Wetan

III. MAULANA YUSUF – PANEMBAHAN PAKALANGAN GEDE ( 1570-1580)

ANAK-ANAKNYA ADALAH:
1. Pangeran Arya Upapati
2. Pangeran Arya Adikara
3. Pangeran Arya Mandalika
4. Pangeran Arya Ranamanggala
5. Pangeran Arya Seminingrat
6. Ratu Demang
7. Ratu Pacatanda
8. Ratu Rangga
9. Ratu Ayu Wiyos
10. Ratu Manis
11. Pangeran Manduraraja
12. Pangeran Widara
13. Ratu Belimbing
14. Maulana Muhammad

IV. MAULANA MUHAMMAD PANGERAN RATU ING BANTEN (1580-1596)

1. Pangeran Abdul Kadir

V. SULTAN ABDUL MUFAKHIR MAHMUD ABDUL KADIR-KENARI (1596-1651)

1. Sultan Abul Maali Ahmad Kenari (Putra Mahkota.)
2. Ratu dewi
3. Ratu Ayu
4. Pangeran Arya Banten
5. Ratu Mirah
6. Pangeran Sudamanggala
7. Pangeran Ranamanggala
8. Ratu Belimbing
9. Ratu Gedong
10. Pangeran Arya Manduraja
11. Pangeran Kidul
12. Ratu Dalem
13. Ratu Lor
14. Pangeran Seminingrat
15. Ratu Kidul
16. Pangeran Arya Wiratmika
17. Pangeran Arya Danuwangsa
18. Pangeran Arya Prabangsa
19. Pg. Arya Wirasuta
20. Ratu Gading
21. Ratu Pandan
22. Pangeran Arya Wiraasmara
23. Ratu Sandi
24. Pg. Arya Jayaningrat
25. Ratu Citra
26. Pg. Arya Adiwangsa
27. Pg. Arya Sutakusuma
28. Pg. Arya Jaya Sentika
29. Ratu Hafsah
30. Ratu Pojok
31. Ratu Pacar
32. Ratu Bangsal
33. RatuSalamah
34. Ratu Ratmala
35. Ratu Hasanah
36. Ratu Husaerah
37. Ratu Kelumpuk
38. RatuJiput
39. Ratu Wuragil

PUTRA MAHKOTA SULTAN ABUL MAALI AHMAD
ANAK-ANAKNYA diantaranya adalah:

1. Abul Fath Abdul Fattah
2. Ratu Panenggak
3. Ratu Nengah
4. Pangeran Arya Elor
5. Ratu Wijil Ratu Puspita


VI. SULTAN AGENG TIRTAYASA-ABUL FATH ABDUL FATTAH (1651-1672)

1. Sultan Haji
2. Pg. Arya Abd. Alim
3. Pg. Arya Ingayudadipura
4. Pg. Arya Purbaya


VII. SULTAN ABUN NASR ABDUL KAHAR-SULTAN HAJI ( 1672-1687 )

1. Sultan Abdul Fadhal
2. Sultan Abul Mahasin
3. Pangeran Muhammad Tahir
4. Pangeran Fadluddin

VIII. SULTAN ABDUL FADHL ( 1687-1690)

Tidak Berputra

IX. SULTAN ABUL MAHASIN ZAINAL ABIDIN ( 1690-1733)

1. Sultan Muhammad Syifa
2. Sultan Muhammad Wasi

X. SULTAN MUHAMMAD SYIFA ZAINUL ARIFIN ( 1733-1750)

1. Sultan Muhamamd Arif
2. Ratu Ayu

XI. SULTAN SYARIFFUDIN RATU WAKIL ( 1750- 1752)

Tidak Berputra

XII. SULTAN MUHAMMAD WASI ZAINUL ALIMIN (1752-1753)

Tidak berputra

XIII. SULTAN MUHAMMAD ARIF ZAINUL ASYIKIN ( 1753-1773)

1. Sultan Abul Mufakhir Muhammad Aliyudin
2. Sultan Muhyiddin Zainussholihin

XIV. SULTAN ABUL MAFAKHIR MUHAMMAD ALIYUDIN (1773-1799)

1. Sultan Muhammad Ishak Zainul Muttaqin

XV. SULTAN MUHYIDDIN ZAINUSSHOLIHIN (799-1801)

1. Sultan Muhammad Shaffiuddun

XVI. SULTAN MUHAMMAD ISHAQ ZAINUL MUTTAQIN (1801-1802)
XVII. SULTAN WAKIL PANGERAN NATAWIJAYA (1802-1803)
XVIII. SULTAN AGILLUDIN (ALIYUDDIN II) (1803-1808)
XIX. SULTAN WAKIL PANGERAN SURAMANGGALA (1808-1809)
XX. SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN (1809-1813)

XXI. SULTAN MUHAMMAD RAFIUDDIN (1813-1820)

Merdeka atau Mati, sudahkah Kita Merdeka?

Merdeka atau Mati bukan hanya slogan dan simbol semata, kata-kata itu adalah sebuah motivasi dan semangat untuk berjuang, secara mendalam Merdeka atau Mati merupakan sebuah klausa yang mengandung arti bahwa kita dihadapkan pada sebuah kenyataan yang terdesak sehingga mengharuskan kita untuk memilih.
Didalam kenyataan sehari-hari orang yang terdesak dan terpojok akan melakukan apapun, termasuk mengorbankan jiwa dan raga.

64 tahun yang lalu kata-kata tersebut sering terdengar dan tertulis di hampir setiap tembok, untuk memberi semangat sekaligus harapan, sekarang sudah 64 tahun kita terbebas dari penjajahan.

Tapi, benarkah kita sudah merdeka?

Sulit untuk menjawabnya..

Bila definisi Merdeka adalah jaminan atas dasar-dasar hidup dan terbuka luasnya pilihan hidup, terbebas dari penindasan, rasa takut, tekanan sosial, ekonomi dsb.

dan menurut Wikipedia:
Kemerdekaan adalah: saat di mana sebuah negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah bagian negaranya.

Bisakah disebut merdeka bila hampir semua kebijakan kita selalu di
diboncengi agenda asing.

Apakah pantas disebut Merdeka
bila sebagian besar kekayaan kita dimilik asing, bahkan beberapa BUMN strategis kita sebagian dikuasai asing.

Didalam negri, kita lihat para pengusaha lokal gulung tikar, karena tidak mampu bersaing akibat doktrin pasar bebas yang sebenarnya lebih menguntungkan negara maju, yang ironisnya mereka memproteksi produknya.

Benarkah kita Merdeka bila lahan-lahan tempat usaha mereka yang notabene masyrakat kecil harus terus tergusur, untuk berusaha menyambung hidup dengan berdagang harus selalu berhadapan dengan aparat Satpol PP, yang beberapa kali memakan korban.

Pasar-pasar tradisional tergusur oleh pasar-pasar modern yang bisa dengan mudah masuk ke desa-desa.

Salah satu ciri Merdeka adalah terbebas dari rasa takut,
Tapi rasa takut selalu menghantui para lulusan sekolah, yang tidak tahu harus kemana setelah lulus, biaya kuliah benar-benar membuat mereka takut, bahkan untuk bekerjapun mereka takut, kalau-kalau mereka tidak diterima karena sepengetahuan saya lowongan kerja tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja, dan bila diterimapun mereka harus rela dengan gaji rata-rata dan karir yang tidak jelas,

Patutkah kita mempertanyakan: sebenarnya Kemerdekaan ini untuk siapa?
Untuk para pamong praja dan adipati-adipatikah (pemangku jabatan pemerintahan)?
Ataukah untuk kita semua.

Sebuah ironi, para punggawa kita sering berplesiran keluar negri dengan uang rakyat dengan alasan studi banding,
Meminta cendramata berupa emas murni di akhir jabatan yang menghabiskan uang negara milyaran, yang pada masa jabatanya tidak jelas prestasi apa yang telah diperbuat.
Belakangan terdengar kabar bahwa mereka menaikan anggaran tunjangan mereka sendiri.
Disisi lain tidak jauh dari mereka di kolong-kolong jembatan di Jakarta yang saya yakin pasti merekapun tahu, dan pernah melewati jalan tersebut dengan mobil mewah mereka yang dibiyayai negara, tetapi berpura-pura seolah-olah tidak tahu (semoga saya salah dengan pendapat ini), banyak anak-anak kecil mengemis, orang lanjut usia yang tidak memiliki tempat tinggal, mereka hidup dari mengumpulkan botol minuman bekas untuk dijual.
Sebuah ironi di negri yang konon mempunyai semberdaya alam yang melimpah.

Konstitusi menyebutkan bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”,

Tetapi Negara mungkin terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, sehingga mengabaikan warganya.

Ingat kisah seorang bocah yang bunuh diri karena malu belum membayar SPP Sekolah,
Ingat juga kisah orangtua meracuni anak dan istrinya kemudian dia bunuh diri.

Mungkin mereka lebih memilih Mati karena mereka tidak pernah bertemu dan merasakan Merdeka di negri yang konon telah 64 tahun melakukan perayaan kemerdekaan.

Apakah pelaku bom bunuh diri di kuningan juga memilih Mati karena mereka tidak merasakan kemerdekaan di negri ini.

Entahlah....


Selamat HUT Kemerdekaan RI...
Senyumlah Indonesiaku..

Merdeka....

Advertisment